Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Sebenarnya ini adalah tugas bahasa Indonesia saya. Selamat membaca!
Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr17 al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Muhammad SAW pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim(1). Ayah beliau diberi nama panggilan (nama kunniah) Abu Quhafah. Pada masa jahiliyyah, Abu Bakar dijuluki Atiq karena wajahnya yang bagus rupanya.
Abu Bakar dilahirkan dua tahun beberapa bulan setelah lahirnya Nabi Muhammad SAW atau sekitar tahun 572 M. Beliau lahir dan tumbuh besar di kota Makkah, Saudi Arabia. Sejak kecil, beliau selalu diajarkan untuk berdagang sehingga beliau hanya meninggalkan kota Makkah untuk urusan berdagang.
Abu Bakar adalah orang yang bertubuh kurus, berkulit putih. ‘Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam warna matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan innai maupun katam.”(2).
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’ yang kemudian beliau ceraikan karena tidak mau memeluk Islam. Abu Bakar juga menikah dengan Ummu Ruman yang kemudian lahirlah Abdurrahman dan Aisyah. Beliau pun menikah dengan Habibah binti Kharijah dan lahirlah Ummu Khultsum setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Abu Bakar merupakan lelaki yang pertama memeluk Islam, meskipun keislamannya telah didahului oleh Khadijah dari kalangan wanita, Ali bin Abi Thalib dari kalangan anak-anak, dan Zaid bin Haritsah dari kalangan budak. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah r.a. Sehingga mereka disebut As-Sabiquunal Awwalun atau orang-orang yang pertama-tama memeluk Islam.
Pada awal mula keislaman Abu Bakar, beliau menginfakkan hartanya fiisabilillah sebesar 40.000 dirham. Beliau pun membebaskan banyak budak diantaranya adalah Bilal bin Rabbah yang saat itu disiksa oleh majikannya, Umayyah Bin Khalaf karena diketahui keislamannya pada saat itu.
Saat kaum muslimin berhijrah ke Madinah untuk menghindari ancaman kaum Quraisy yang semakin gencar, saat itu Abu Bakar lah yang paling berjasa karena beliau menemani Rasulullah SAW dalam perjalanannya menuju Madinah. Beliau menjadi perisai bagi Rasulullah SAW seperti pada saat berada di goa Tsur yang pada saat itu beliau disengat oleh kalajengking karena tidak ingin membangunkan Rasulullah SAW yang tengah tertidur.
Ketika di Madinah pun Abu Bakar menjadi salah seorang sosok yang terpandang karena kedekatannya dengan Rasulullah SAW, apalagi ketika Rasulullah SAW melamar putrid beliau, Aisyah r.a. Bahkan, pada saat-saat persiapan untuk sebuah perang, Abu Bakar rela menginfakkan seluruh hartanya di Jalan Allah. Ketika ditanya oleh Rasulullah “Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk istri dan anak-anakmu?”, lalu Abu Bakar menjawab “Cukuplah Allah dan Rasul-Nya”. Ketika itu, Umar pun berkata bahwa selamanya ia tidak akan bisa menyaingi amal Abu Bakar. Bahkan salah satu keutamaan Abu Bakar yang lainnya terdapat pada hadits Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya orang yang paling aku percayai untuk menjaga harta dan persahabatannya serta diriku adalah Abu Bakr, seandainya aku boleh memilih kekasih bagi diriku maka aku akan memilih nya sebagai kekasihku, namun persaudaraan dalam Islam dan janganlah engkau meninggalkan di dalam mesjid pintu apapun kecuali pintu Abu Bakr”
Pada saat setelah wafatnya Rasulullah SAW, Abu Bakar adalah orang yang dapat menerima kenyataan dan bersabar atas keadaan itu. Beliau pun membacakan sebuah ayat, yang artinya:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)
Seketika, itu, suasana pun menjadi hening. Ayat yang dibacakan oleh Abu Bakar tadi pun serasa tak pernah didengar sebelumnya oleh para shahabat. Bahkan Umar bin Khattab r.a pun tak dapat berkata apapun untuk menyanggah Abu Bakar r.a. Setelah itu, muncullah sebuah permasalahan yaitu umat Islam harus segera menentukan siapa pemimpin yang menggantikan Rasulullah SAW. Setelah melalui berbagai proses beserta musyawarah, saat itu terpilihlah Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah SAW. Lalu Abu Bakar pun berpidato pada saat pengangkatan dirinya menjadi Khalifah yang baru:
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah diberi amanah menjadi pemimpin atas kalian, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian. Oleh karena itu, saat aku lemah, luruskanlah diriku dan jika aku berbuat baik, abntu dan tolonglah aku. Kejujuran adalah amanah dan kedustaan adalah pengkhianatan. Yang lemah diantara kamu adalah yang kuat di sisiku, sehingga aku insya Allah akan memenuhi haknya. Sedangkan yang kuat diantara kamu adalah yang lemah di sisiku, sehingga aku mengambil hak darinya, insya Allah. Taatilah aku selama aku taat kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Jika aku bermaksiat kepada Allah swt dan Rasul-Nya, maka tidak ada ketaatan untukku atas kalian, semoga Allah swt merahmati kalian”(3).
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar beserta tiga orang penggantinya disebut masa-masa Khulafaur Rasyidin yang artinya pemimpin yang diberi petunjuk. Abu Bakar memerintah dalam waktu yang cukup singkat, yakni selama 3 tahun.
Untuk memajukan kesejahteraan umum, beliau membentuk baitul mal, semacam kas Negara atau lembaga keuangan. Pengelolaan baitul mal ini diserahkan kepada Abu Ubaidah Bin Jarrah(4).
Beliau pun menerapkan sebuah kebijakan yaitu menghimpun Al-Qur’an, karena ayat-ayat Al-Qur’an berserakan di berbagai tempat sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Khalifah Abu Bakar mengumpulkan ayat Al-Qur’an atas saran Umar bin Khattab. Abu Bakar melakukan ini karena khawatir Al-Qur’an akan habis, karena banyak penghafal AL-Qur’an telah gugur di medan perang(5).
Abu Bakar pun wafat pada tanggal 8 Jumadil Awal tahun 13 H pada usia 63 tahun. Kemudian beliau dimakamkan di samping Rasulullah SAW.
0 komentar:
Posting Komentar